Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Wednesday, November 20, 2013

Produk Masa Lalu - 1 Yohanes 1:5-10

Ada orang yang menghabiskan seluruh hidupnya dengan berlari dari rasa bersalah dan menyembunyikan rasa malunya karena hasil perbuatannya sendiri di masa lalu. Orang seperti ini adalah orang yang membiarkan masa lalu mengendalikan masa depannya, sehingga hidupnya dipenuhi dengan rasa bersalah. Setiap orang pernah bersalah, tetapi bukan berarti harus hidup di dalam perasaan rasa bersalah tersebut. Hidup di dalam perasaan bersalah sangat sulit, di satu sisi dia harus hidup di masa sekarang dengan kesulitan-kesulitan yang baru, di sisi lain dia harus menanggung beban rasa bersalahnya di masa lalu, sehingga hidupnya dua kali lipat beratnya.

Kita adalah produk dari masa lalu, tetapi kita tidak perlu menjadi tawanan masa lalu. Jadi, kita hidup dengan perasaan rasa bersalah atau tidak, itu adalah keputusan kita sendiri. Yang seharusnya kita lakukan adalah minta ampun kepada Tuhan dan jangan biarkan Iblis menguasai kita dengan kesalahan kita di masa lalu. Tuhan bukanlah Pribadi yang kejam, walaupun terkadang kita sendiri menafsirkannya seperti itu. Kita harus merenungkan kembali janjiNya di dalam 1 Yoh 1:9. Di ayat ini dengan jelas dikatakan bahwa Dia akan setia menunggu sampai kita mengaku dosa. Untuk memahaminya, maka kita bisa merenungkan kembali kisah tentang anak yang hilang di dalam Luk 15:11-32. Dalam cerita tersebut, Tuhan yang diilustrasikan sebagai bapa, menanti kedatangan anaknya yang bungsu, yang telah berbuat dosa. Bahkan setelah dia melihat dari jauh, dia langsung berlari ke arah anak yang bungsu dan merangkul, lalu menciumnya. 


Dari cerita ini membuktikan, bahwa Bapa kita di Sorga dengan setia menunggu kedatangan kita yang telah berbuat dosa. Tidak peduli seberat apa pun kesalahan kita, Dia tetap akan menerima kita apa adanya. Tetapi, Dia tetap akan memberikan hukuman yang adil atas kesalahan yang pernah kita lakukan. Karena bagaimanapun juga kita harus menanggung hukuman atas kesalahan yang telah kita perbuat. Ingatlah, apa yang kau tabur, itulah yang akan kau tuai. Perbedaannya adalah kita tidak sekadar mendapatkan hukuman, tetapi lebih dari pada itu, kita juga mendapatkan pengampunan. Seperti yang firman Tuhan katakan, bahwa, "Ia akan mengampuni segala dosa kita." Artinya, seluruh dosa yang kita pernah perbuat, baik itu dosa yang kita anggap sudah berat sekalipun, Tuhan tetap akan mengampuni kita. Bahkan juga dikatakan, Dia akan, "Menyucikan kita dari segala kejahatan." Kita akan disucikan kembali dari segala kejahatan yang pernah kita lakukan, karena Bapa sangat mengasihi kita.

Bapa ahli di dalam memberi awal yang baru. Contohnya, Dia mengubah Musa dari pembunuh menjadi pemimpin. Apabila kita mengaku dosa atas kesalahan kita, maka Tuhan akan mengubah kita menjadi pribadi yang baru dan tentunya lebih baik daripada sebelumnya. 


Kita adalah produk dari masa lalu kita, tetapi kita
tidak perlu menjadi tawanan masa lalu.




________________________
Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 29 Oktober 2013.

Thursday, November 14, 2013

Pamer Tefillin Dan Tallit - Matius 23:5




Sebutan lain untuk tali sembahyang dalam ayat yang sudah kita baca adalah tefillin, yang arti harfiahnya adalah doa. Bentuk dari tefillin adalah dua kubus, dibuat dari kulit binatang halal. Besarnya berbeda-beda, tetapi rata-rata sekitar 4x4 cm. Tali sembahyang untuk kepala dibagi menjadi empat bagian yang sama, untuk tangan tidak ada pembagian. Di dalamnya ditempatkan keempat bagian firman Tuhan, yaitu, Kel 13:1-10; 13:11-16; Ul 6:4-9; 11:13-21. Ditulis dengan tangan pada perkamen, empat potongan untuk tefilin yang diletakkan di kepala, satu potongan untuk yang di tangan. Tali sembahyang dibubuhkan pada tali pengikat dari kulit, yang diikatkan pada tangan kiri dan tengah-tengah dahi oleh laki-laki sebelum waktu doa pagi, di rumah atau di sinagoge. Tali sembahyang itu dikenakan setelah selendang doa atau tallit. Selendang doa ini dipakai orang Yahudi waktu doa pagi. 


Selendang doa mempunyai ciri khas pada jumbai yang dipilin dan diikat, yang digantungkan pada keempat sudut-sudutnya. Jumbai ini disebut sebagai tzitzit. Pemasangan tzitzit merupakan salah satu dari 613 perintah Taurat yang harus dikenakan pada pakaian-pakaian orang Yahudi (Bil 15:38). Jadi tefillin dan tallit adalah perlengkapan orang Yahudi untuk berdoa dan juga simbol kesalehan seseorang. 

Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, karena beberapa orang dari mereka terkesan memamerkan diri dengan membuat kotak yang lebih besar daripada yang seharusnya. Sehingga, mereka terlihat lebih saleh, lebih suci, lebih taat, dan lebih giat dalam menjalankan hukum Taurat daripada orang-orang lain. Selain itu, mereka juga merasa harus memakai jumbai yang lebih besar dan panjang daripada yang biasa, untuk memenuhi keinginannya agar lebih diperhatikan sebagai orang yang lebih saleh daripada orang lain. Mereka memperbesar kotak di tali sembahyang dan jumbai-jumbai pada punca baju mereka, sementara hati mereka sangat kurang dan sangat miskin akan kasih kepada Tuhan dan sesama. Padahal yang Tuhan Yesus prioritaskan adalah bagaimana sikap hati kita pada saat berdoa.  Jadi perlengkapan doa mereka hanya sekadar untuk menutupi sifat asli mereka.

Kesalehan memang harus dikejar dan dilakukan, tetapi bukan berarti hal itu menjadi ajang pameran. Beberapa orang Kristen, terkadang masih suka ingin diperhatikan tentang kesalehannya, sehingga lupa makna sesungguhnya menjadi orang Kristen. Tanpa kita menunjukkan apa yang sedang kita lakukan, pada saatnya nanti, pasti orang lain akan melihat buahnya, sehingga dengan sendirinya orang lain akan memuji, menghormati, dan menghargai kita. Seandainya perbuatan baik kita tidak dihargai sekalipun, seharusnya kita tetap tidak kecewa. Karena, apa yang kita lakukan semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus, bukan nama pribadi kita sendiri. Untuk itu, kejarlah kesalehan dan jangan pamer kesalehan! 

Makna kesalehan seseorang bukan dilihat dari tindakannya, 
tetapi dilihat dari hatinya.


______________________
Sumber: 
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 31 Oktober 2013.

Tuesday, November 12, 2013

Susah tapi Senang - Kejadian 41:29-36


Dalam kehidupan manusia, masa kelimpahan mungkin dapat kita artikan sebagai masa di mana kita dapat menggunakan seluruh harta kekayaan kita untuk kesenangan dan keinginan kita, tanpa memedulikan bagaimana ke depannya nanti. Pada kenyataannya, memang banyak anak Tuhan yang berhutang di mana-mana, karena pada saat "masa kelimpahan", mereka tidak menggunakan waktu tersebut dengan baik. Masa kelimpahan dapat kita artikan sebagai masa muda kita. Masa muda adalah masa produktif, di mana kita bisa menggunakan waktu yang kita miliki untuk bekerja. Sedangkan masa kelaparan dapat kita artikan sebagai masa tua kita, di mana kita tidak bisa lagi bekerja karena keterbatasan fisik kita. Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk membuat hidup seimbang dalam masa muda dengan masa tua kita, sehingga kita juga dapat menikmati hasil jerih payah di masa tua nanti?

Kita harus merubah cara berpikir tentang masa kelimpahan dan masa kelaparan. Tujuh tahun masa kelimpahan, sebenarnya bukanlah masa yang menyenangkan, karena di sinilah waktu mereka harus berkorban untuk menabung seperlima dari kebutuhan hidup yang biasanya mereka habiskan. Sebelumnya tidak pernah diterapkan peraturan seperti itu, sehingga bagi mereka yang biasanya menghabiskan bahan makanan, butuh perjuangan keras untuk menyisihkan seperlima bahan makanan dari kebutuhan hidupnya. Sedangkan tujuh tahun masa kelaparan, adalah masa kesenangan, karena di sinilah mereka dapat menikmati makanan di masa kelaparan.

Bukankah ini yang dinantikan orang percaya, di mana kita diberkati pada masa kesusahan dan tidak berhenti sampai di situ, tetapi juga menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Seperti bangsa Mesir pada cerita ini, mereka pun menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di sekitarnya. Banyak bangsa yang datang ke Mesir untuk mendapatkan makanan. Negeri yang seharusnya mengalami masa kelaparan, menjadi berkat bagi banyak orang. 

Begitu pula dengan hidup kita, seharusnya dalam masa kelimpahan, yaitu masa muda, kita dapat berkorban seperlima dari penghasilan yang kita miliki atau lebih, sesuai dengan kebutuhan hidup untuk ditabung. Sehingga pada masa tua, yang seharusnya menjadi masa yang susah untuk bekerja, kita dapat menikmati hasil jerih payah masa muda kita. Tidak berhenti sampai diberkati saja, tetapi dalam masa tua, kita pun juga dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Masa tua yang seharusnya susah, menjadi senang karena kebijaksanaan kita mengelola penghasilan di masa muda.

Mari kita belajar dari masa muda untuk menabung dan mengelola penghasilan dari yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, sehingga di masa tua kita dapat menikmati hasil jerih payah kita sendiri. 


Masa tua kita akan senang, apabila kita dapat
mengelola penghasilan di masa muda.




__________________
Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 25 Oktober 2013.

Friday, November 8, 2013

Siapa Yang Menjadi Tuhan? - Lukas 22:42


"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." 


Apa yang Anda lakukan apabila sudah berdoa bertahun-tahun tetapi tidak juga dikabulkan oleh Tuhan? Atau mungkin ada keinginan pribadi yang benar-benar ingin didapatkan, namun sudah berdoa bersungguh-sungguh tetap saja Tuhan tidak mengabulkan. Seorang anak muda menginginkan sebuah motor balap, sejak remaja ia sudah mendoakan hal tersebut kepada Tuhan. Setelah bekerja pun ia tetap mendoakan. Terkadang, ia merasa kenapa Tuhan begitu kejam, orang lain dengan mudahnya diberikan oleh orang tuanya sebuah motor balap, tetapi dia yang sudah bekerja saja belum bisa memilikinya. Keinginan itu masih ada sampai sekarang. Walaupun terkadang sudah tidak secara khusus mendoakan motor balap tersebut, anak muda ini tetap mempunyai keinginan yang kuat untuk memilikinya. Tetapi kenyataannya adalah dia hanya memiliki sebuah motor bebek yang sudah tua, bahkan sudah sering rusak. Keluar masuk bengkel sudah puluhan kali. Tidak terhitung lagi biaya yang dikeluarkan untuk motor tua tersebut. Bahkan sampai sekarang ia masih menggunakannya, walaupun terkadang harus mendorong karena mogok di tengah jalan. Dalam hati yang terdalam, anak muda ini masih menginginkan motor balap. 

Dalam doa anak muda ini sebenarnya sederhana, ia hanya meminta apa yang ingin dimilikinya. Salahkah kita berdoa untuk sesuatu yang kita inginkan? Bukankah Yesus pernah berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu ...." (Mat 7:7). Bila kita renungkan cerita di atas, tanpa disadari, terkadang kita seakan-akan memerintah Tuhan untuk mengabulkan semua yang kita inginkan. Dan kita memintanya dalam doa, sehingga terkesan rohani. Lalu, kita tinggal menunggu jawaban doa. Orang Kristen masih banyak yang berpikir seperti itu, bahwa di dalam doa-doa yang dipanjatkan, sering kali adalah sebuah keinginan yang harus dikabulkan. Apabila memang seperti itu, tentu yang menjadi Tuhan adalah kita, sedangkan Tuhan yang kita sembah hanya menjadi pesuruh bagi kita. Tuhan memang maha kuasa, Ia mampu melakukan segala perkara, tetapi bukan berarti segala keinginan kita harus dikabulkan, karena tidak semua keinginan kita baik dan benar. Mungkin kita merasa bahwa keinginan kita baik, tetapi segala sesuatu yang baik itu belum tentu benar di mata Tuhan. Untuk itulah, Tuhan selalu memberi jawaban yang terbaik untuk kita. Mungkin anak muda tersebut belum dapat motor balap karena memang belum pantas menggunakannya, walaupun sudah bekerja. Yesus sendiri, tidak semua doaNya dikabulkan oleh Bapa di Sorga. Buktinya, Bapa tidak mengabulkan doaNya pada saat Ia berkata, "Ambillah cawan ini dari padaKu." 

Mari kita tetap belajar seperti Yesus, bahwa di dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan, tetap fokusnya kepada kehendak Bapa, bukan lagi kehendak kita. Karena, Bapa di Sorga lebih mengetahui hal-hal yang terbaik untuk kita.



Apa pun isi doanya, jawabannya tetap kehendak Tuhan 
yang terjadi di dalam hidup kita.



__________________________

Sumber :
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi, Kamis, 20 September 2013

Monday, November 4, 2013

Dambaan Setiap Orang - Amsal 12:24

Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa. 


Banyak orang yang bertalenta luar biasa di Indonesia ini. Salah satunya adalah Irwin Yousept. Dia meraih gelar doktornya di usia 26 tahun dengan predikat summa cum laude di Technische Universitat Darmstadt dan kini bekerja di almamaternya tersebut, di Technische Universitat Darmstadt, Universitat di Hessen, Jerman sebagai pengajar. Yousept hanya membutuhkan waktu dua setengah tahun untuk merampungkan Strata I dan II, serta dua setengah tahun untuk mendapatkan gelar Doktor, yaitu Ph.D. Setelah lulus dari SMA Tarakanita, Pluit, pria kelahiran Jakarta 14 April 1982 ini mengaku mantap memilih melanjutkan studinya di Jerman. Pesan yang menarik dari Yousept untuk seluruh pelajar dan mahasiswa di Indonesia adalah jangan putus asa apabila mengalami kegagalan, kita harus gigih dan kerja keras. Dengan kerja keras kita akan mencapai apa pun yang kita inginkan. Setiap usaha pasti ada halangannya, tetapi kita harus tetap berani menghadapi halangan tersebut, berani gagal. 

Di sisi lain, pasangan ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, berhasil meraih gelar All England 2013. Kemenangan ini sekaligus membuat pasangan Indonesia ini berhasil meraih gelar All England dua kali berturut-turut, yaitu 2012 dan 2013. Setelah pertandingan, Tontowi mengungkapkan bahwa kemenangan itu merupakan hasil dari latihan keras dan juga persiapan matang. Pasangannya, Liliyana menyatakan bahwa keberhasilan mempertahankan gelar juara All England tahun ini sebagai momen yang tak terlupakan.

Setiap orang yang bekerja, belajar, atau yang menjalankan usahanya pasti ingin mendapatkan kesuksesan. Hal ini menjadi dambaan bagi setiap orang. Sukses seorang dokter adalah pada saat dia dapat menyembuhkan pasiennya. Sukses seorang guru adalah bisa meluluskan semua muridnya dengan nilai yang terbaik. Sukses seorang penulis adalah pada saat ia bisa memberkati dan membantu orang lain lewat tulisannya. Sukses seorang pengusaha adalah pada saat ia bisa memberi kompensasi yang layak kepada semua karyawannya dan mendapatkan keuntungan yang besar. 

Masing-masing orang mempunyai tujuan kesuksesannya sendiri, sesuai dengan bidangnya. Yang jadi masalah adalah ada beberapa orang yang tidak menggunakan waktunya dengan kerja keras, bahkan sebaliknya, mereka hanya bermalas-malasan, sehingga mereka sukses menjadi seorang pemimpi saja. Mereka tidak merealisasikan mimpinya. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang yang rajin. Orang yang rajin akan berusaha memberikan yang terbaik dengan kerja keras, sehingga seluruh mimpinya dapat tercapai. Dalam sejarah manusia, tidak ada orang yang bermalas-malasan kemudian menjadi orang sukses. Sejarah manusia selalu mengajarkan, bahwa orang yang sukses adalah orang yang berusaha dengan kerja keras. Tentunya Tuhan juga turut campur tangan dalam setiap kesuksesan kita. 


Orang yang bekerja keras pasti menghasilkan kesuksesan, 
orang yang malas pasti menghasilkan kegagalan.




__________________________

Sumber :
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi, Kamis, 19 September 2013

Friday, November 1, 2013

Membuka Payung Sebelum Hujan - Matius 6:25-34

Ateis adalah orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, sedangkan ateis praktis adalah orang yang sekalipun percaya bahwa Tuhan itu ada, tetapi hidup seakan-akan Tuhan tidak ada. Salah satu ciri orang ateis praktis adalah orang yang khawatir terus-menerus akan hidup dan masa depannya. Mungkin, dia adalah orang percaya yang rajin ke gereja, tetapi dia khawatir dengan hal-hal yang bahkan belum tentu atau mungkin tidak pernah terjadi. Ateis praktis dapat diumpamakan seperti orang yang membuka payung sebelum hujan turun.

Orang yang membuka payung sebelum hujan adalah orang yang khawatir akan adanya hujan tetapi hujan belum turun. Lalu apa fungsinya bila payung tersebut dibuka sebelum hujan? Seharusnya cukup dengan menyediakan payung saja, tidak perlu dibuka, seperti peribahasa berkata "sedia payung sebelum hujan". Dapat kita artikan, kekhawatiran ada dua macam: Pertama, khawatir positif, yaitu seperti orang yang sedia payung sebelum hujan. Kedua, khawatir negatif, yaitu seperti orang yang membuka payung sebelum hujan. Jadi persamaan antara orang yang membuka payung sebelum hujan dengan ateis praktis adalah mereka sama-sama khawatir akan suatu hal yang belum terjadi atau tidak akan pernah terjadi.

Seorang rohaniwan Jerman, ahli teologia Kristen, pendiri Gereja Lutheran dan tokoh reformasi gereja terkemuka yang bernama Martin Luther adalah seseorang yang dapat dikatakan tukang khawatir dan sering menderita periode panjang depresi. Pada suatu pagi ia bangun dan menemukan istrinya berjalan keliling rumah mengenakan pakaian berkabung hitam. Tirai dipasang dan lilin dinyalakan seolah-olah keluarga sedang berkabung. Karena gelisah melihat hal itu, ia bertanya, "Siapa yang meninggal?" Istrinya berbalik kepadanya dan berkata, "Tuhan yang meninggal!" Ia berkata, "Jangan bercanda! Tuhan tidak meninggal!" Istrinya kemudian menjawab perkataannya, "Oh, tidak? Lalu mengapa kau bertingkah seperti itu sejak minggu lalu?"

Dari zaman Yesus, sampai sekarang, kekhawatiran selalu menjadi masalah. Buktinya  salah satu khotbah di bukit adalah tentang hal kekhawatiran. Kita seharusnya belajar dari khotbah Yesus tentang hal kekhawatiran. Memang hidup dan tubuh tidak akan bertahan tanpa makanan dan pakaian, tetapi Yesus berkata bahwa hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh lebih penting dari pakaian. Kita bisa hidup dan diberikan tubuh, merupakan salah satu anugerah yang besar dari Tuhan Yesus Kristus. Jadi, apabila Tuhan sudah memberikan suatu hal besar kepada kita, yaitu hidup dan tubuh, maka Tuhan pasti akan memberikan hal kecil, yaitu mencukupi seluruh kebutuhan hidup kita, baik sandang, pangan ataupun papan, sehingga masa depan kita terjamin di dalam tanganNya. Oleh sebab itu, yang seharusnya kita lakukan adalah bekerja, sehingga Tuhan dapat memberkati kita. 


Orang yang selalu khawatir akan hidupnya, 
sama dengan orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.




_______________________

Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi, Kamis, 22 Agustus 2013.