Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Wednesday, December 4, 2013

Dyslexia - Amsal 17:6; Efesus 6:4


Taare zameen par atau yang lebih dikenal dengan like stars on earth adalah judul film yang diproduksi oleh Aamir Khan, salah satu aktor film India. Film ini bercerita tentang seorang anak yang menderita dyslexia. Dyslexia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang berarti kesulitan untuk dan lexis yang berarti huruf atau leksikal. Jadi, dyslexia adalah suatu keadaan ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. 

Anak yang menderita dyslexia ini bernama Ishaan yang duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Ia sangat gemar melukis. Bagi orang-orang yang di sekelilingnya, Ishaan terkenal bandel, pemalas, bodoh, dan idiot. Semua pelajaran di sekolahnya mendapatkan nilai nol. Bahkan dalam satu ujian matematika, Ishaan hanya menjawab satu soal saja dan itu pun salah. Dia kesulitan membaca, sehingga setiap kali Ishaan membaca, huruf-hurufnya seperti menari-nari. Hukuman menjadi makanan sehari-hari baginya. Sampai akhirnya, orang tuanya mengirim Ishaan ke sekolah asrama yang terkenal disiplin. Orang tuanya berharap Ishaan mengalami perubahan di sekolah itu dan menjadi anak yang rajin, pintar, serta disiplin. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, Ishaan merasa terbuang dari keluarganya. Ia merasa tidak diharapkan dalam keluarganya, tidak seperti kakaknya yang selalu menjadi juara dalam semua mata pelajaran. Di sekolahnya yang baru, Ishaan kehilangan keceriaannya, juga kenakalannya, bahkan juga kesenangannya untuk melukis. Keadaan Ishaan semakin terpuruk. Sampai suatu ketika, ada seorang guru seni bernama Nikumbh menyadari keadaan Ishaan. Nikumbh berusaha mengajari Ishaan. Perlahan, Ishaan belajar mengeja lagi, lalu menulis, dan berhitung sebagai kemampuan dasarnya. Ia pun mulai gemar melukis lagi. 

Perbuatan Ishaan seperti malas belajar dan suka bertengkar dengan temannya adalah akibat dari suatu masalah. Sering kali kita langsung menuduh atau menghakimi anak kita sendiri sebagai anak yang bandel dan pemalas, tanpa kita mengenalnya terlebih dahulu. Dari film ini kita dapat belajar, bahwa dukungan, pelukan, ciuman serta kasih sayang dari orang tua sangat penting. Pendidikan yang paling utama bukan didapatkan dari sekolah, tetapi dari orang tua. Jadi, apabila anak kita bermasalah, yang harus diselidiki bukan akibatnya, tetapi penyebabnya. Apa yang menyebabkan anak kita menjadi pemalas dan bandel. Seandainya anak kita ternyata mengidap dyslexia, jangan pernah takut! Itu bukan akhir dari segalanya. Banyak orang sukses yang mengidap dyslexia, antara lain adalah Steve Jobs, Tom Cruise, Lee Kuan Yew, Whoopi Goldberg, Deddy Corbuzier dan bahkan Albert Einstein. Seorang anak memang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, tetapi orang tua juga bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Ketidakmampuan belajar seorang anak berasal dari 
ketidakmampuan mengajar orang tua.



________________________
Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 9 November 2013.

No comments: